Home > Finance essays > Saham adalah alat investasi yang paling populer di pasar modal…

Essay: Saham adalah alat investasi yang paling populer di pasar modal…

Essay details and download:

  • Subject area(s): Finance essays
  • Reading time: 10 minutes
  • Price: Free download
  • Published: 24 September 2015*
  • Last Modified: 23 July 2024
  • File format: Text
  • Words: 2,900 (approx)
  • Number of pages: 12 (approx)

Text preview of this essay:

This page of the essay has 2,900 words.

Saham adalah alat investasi yang paling populer di pasar modal. Tujuan berinvestasi pada saham adalah untuk mendapatkan return atau keuntungan yang berasal dari selisih harga jual dengan harga beli (capital gain) dengan relatif lebih cepat dan dividen yang memberikan penghasilan berjalan. Pergerakan harga saham dipengaruhi oleh banyak faktor, para analis melakukan analisis dan prediksi (forecast) harga saham untuk menghadapi ketidakpastian pergerakan harga saham yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. (Mweli, 2010).
Untuk mencapai tujuan tersebut para peneliti akademik, praktisi industri, dan investor telah mengembangkan berbagai teknik untuk menganalisis dinamika pergerakan harga saham. Secara khusus, para analis pasar modal telah mengembangkan berbagai metode yang berbeda untuk menetapkan kriteria seleksi tertentu dalam memperkirakan arah pergerakan harga saham individual dan secara umum termasuk analisis perdagangan pendekatan faktor fundamental dan faktor teknikal. Teknik ini digunakan untuk mengeksplorasi dampak dari faktor-faktor kunci yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan untuk menganalisis dampak tersebut sehingga lebih memahami dinamika pergerakan harga saham (Lee et al. 2001).
Sebuah kerangka besar tentang penelitian prediktabilitas pengembalian aset telah menduduki perhatian khusus selama bertahun-tahun oleh para praktisi dan akademisi. Prediksi dan analisis harga saham merupakan salah satu topik yang banyak diperdebatkan di dalam literatur keuangan. Banyak penelitian yang telah memberikan kontribusi pemikiran teoritis dan menyediakan bukti empiris berkenaan dengan faktor penentu dari pergerakan harga saham. Isu tentang prediksi harga saham sampai sekarang masih dalam perdebatan (Moosa dan Li, 2011). Sejalan dengan itu, (Bonenkamp, 2011) menjelaskan bahwa harga saham secara bersamaan ditentukan oleh berbagai faktor, beberapa diantaranya tidak bisa teramati dan pengaruh dari faktor-faktor terhadap harga saham sulit untuk dihitung.
Banyak penelitian telah dilakukan untuk memperoleh landasan teoritis dalam memahami pergerakan harga saham di pasar modal. Dalam memprediksi pergerakan harga saham terdapat dua teori dalam pendekatan riset di pasar modal. Teori tersebut adalah efficient market hypotehsis (EMH) dan random walk theory. Teori pasar efisien dikembangkan pertama kali oleh Fama (1965), dalam penelitiannya fama menyimpulkan bahwa perubahan harga saham secara harian mempunyai korelasi yang sangat kecil, kemudian menyatakan bahwa di pasar aktif yang mencakup banyak informasi dan investor cerdas, harga akan tepat dan mencerminkan semua informasi yang ada. Keterangan tersebut menyiratkan bahwa berbagai teknik analisis yang dilakukan dalam memprediksi pergerakan harga saham akan menjadi mubazir dan tidak ada seorangpun yang dapat mengalahkan pasar.
Kajian-kajian ilmiah di bidang keuangan secara formal telah ikut serta dalam merumuskan teori untuk menjelaskan mengapa harus ada konsep pasar efisien dan mungkinkah pasar bersifat efisien. Teori mengenai hipotesis pasar efisien telah lama dikenal dan dipahami oleh kalangan akademisi. Dalam sebuah artikel yang berjudul ‘The Theory of Corporate Finance: A Historical Overview yang ditulis oleh Jensen dan Smith (1984), dinyatakan bahwa teori pasar efisien merupakan tonggak penting dalam perkembangan teori keuangan dan menyebutnya sebagai salah satu kerangka bangun dasar (fundamental building block) keuangan. Miller (1999) dan beberapa ahli keuangan perusahaan juga berpendapat bahwa teori pasar efisien merupakan salah satu temuan penting dalam sejarah perkembangan teori keuangan. Pasar dikatakan efisien jika seluruh informasi yang tersedia diproses dan dinyatakan seketika sebagai nilai harga baru dari aset-aset yang diperdagangkan.
Fama (1970) kemudian membentuk efisien pasar menjadi tiga kelompok, yang dikenal sebagai hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis). Ketiga bentuk efisien pasar dimaksud adalah (1) hipotesis pasar efisien bentuk lemah (weak form of the efficient market hypothesis), dimana harga saham tercermin secara penuh informasi masa lalu, (2) hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat (semi-strong form of the efficient market hypothesis), dimana harga saham mencerminkan secara penuh semua informasi yang dipublikasikan, (3) hipotesis pasar efisien bentuk kuat (strong form of the efficient market hypothesis), dimana harga saham secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi privat. Masing-masing bentuk pasar efisien tersebut terkait erat dengan sajauh mana penyerapan informasi terjadi di pasar. Namun, Fama (1991) menyatakan bahwa bentuk kuat dari EMH tidak valid. Bernstein (1999) menunjukkan bahwa hipotesis EMH memiliki salah satu kekurangan yang melekat, karena investor di bursa saham Wall Street sebenarnya sama sekali tidak rasional.
Teori pasar efisien sangat erat terkait dengan teori langkah acak atau random walk theory (random walk hypothesis) yang menyatakan bahwa data/informasi masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang atau dengan kata lain keadaan dimasa depan tidak dapat diprediksi dengan data-data masa lalu. Malkeil (1999) berpendapat bahwa ketika random walk theory diterapkan pada pasar saham, hal tersebut menunjukkan bahwa perubahan harga saham dalam jangka pendek tidak dapat diprediksi. Dengan demikian, jasa konsultasi investasi, prediksi pendapatan (earning), dan pola grafik yang rumit tidak akan berguna.
Random walk theory dikemukan pertama kali oleh Kendal dan Hill (1953), yang menyatakan bahwa pergerakan saham di pasar saham adalah acak. Pergerakan harga saham mungkin naik pada hari tertentu ataupun turun pada hari yang lain. Ketika pertama kali disajikan, hasil-hasil ini menjadi perhatian beberapa ekonom keuangan, serta menjadi perdebatan dengan diikuti penelitian lebih lanjut. Perdebatan ini akhirnya menyebabkan penciptaan random walk hypothesis dan terkait erat dengan efficient market hypothesis, yang menyatakan bahwa pergerakan harga saham adalah acak (random) yang mengindikasikan bahwa pasar berfungsi dengan baik atau efisien. (Sutheebanjard dan Premchaiswadi, 2010).
Random walk theory secara teoritis memiliki kemiripan dengan EMH dalam bentuk semi-kuat, di mana semua informasi publik dianggap tersedia untuk semua orang. Namun demikian, random walk theory menunjukkan bahwa dengan informasi tersebut, prediksi masa depan tidak akan efektif (Schumaker dan Chen, 2009). Malkiel (2003) mengemukakan bahwa hipotesis pasar yang efisien adalah terkait dengan gagasan tentang “random walk”, dimana perubahan harga di masa depan adalah acak dari harga sebelumnya. Logika dalam ide random walk adalah jika arus informasi yang terjadi tanpa ada halangan serta informasi segera tercermin dalam harga saham, maka perubahan harga besok akan mencerminkan hanya berita besok dan akan independen dari perubahan harga saat ini. Namun demikian, suatu berita merupakan sesuatu yang tidak dapat diprediksi. Dengan demikian, perubahan harga yang dihasilkan harus juga tidak terduga dan acak.
Menurut Sutheebanjard dan Premchaiswadi (2010) efficient market hypothesis dan random walk theory menjadikan suatu hal dalam usaha untuk memprediksi harga saham di masa depan menjadi pesimistis. Namun demikian, masih banyak metode yang dimaksudkan untuk membuat prediksi pergerakan harga saham di masa depan. Metode-metode ini dapat dikelompokkan menjadi dua pendekatan yang bertolak belakang dan saling bertentangan yaitu, pendekatan fundamental (fundamental analysis) dan pendekatan teknikal (technical analysis).
Pendekatan fundamental merupakan suatu pendekatan yang mendasarkan pada faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi kondisi perusahaan dan dipakai oleh investor di pasar modal dalam mengambil keputusan investasi. Filosofis dasar pendekatan fundamental cukup dekat dengan teori ekonomi klasik yang menyatakan bahwa harga akan bergerak ke arah keseimbangan untuk mengurangi perbedaan antara harga saat ini dan nilai sebenarnya. Menurut argumentasi teori ini, nilai perusahaan (harga saham) dipengaruhi oleh faktor-faktor fundamental seperti ekonomi, industri dan kondisi perusahaan, harga saham dinilai berdasarkan pada nilai intrinsik saham atau nilai fundamental. Analisis investasi di pasar modal memungkinkan pengguna informasi untuk dapat memanfaatkan keadaan pasar yang tidak efisiensi yang menyebabkan harga saham menyimpang dari nilai wajarnya (Stickel, 1995).
Menurut Thomsett (1998), analisa fundamental adalah metode penelitian yang mempelajari informasi dasar keuangan untuk meramalkan laba, penawaran dan permintaan, kekuatan industri, kemampuan manajemen, dan faktor-faktor intrinsik lainnya yang mempengaruhi nilai pasar saham dan potensi pertumbuhan. Analisis fundamental juga mempertimbangkan faktor global dan faktor ekonomi dalam negeri yang dapat mempengaruhi harga saham termasuk nilai tukar, pasar keuangan asing (faktor global) dan produk domestik bruto (PDB), kesempatan kerja, tingkat inflasi, suku bunga, sentimen. (Chaigusin et al. 2008a).
Pada pendekatan teknikal, investor menggunakan volume pedagangan dan pergerakan harga saham masa lalu dalam melakukan keputusan investasinya sehingga pendekatan ini lebih bersifat teknis dan psikologis. Pendekatan teknikal sebenarnya terdiri dari banyak metode dengan seperangkat prinsip-prinsip dasar, dan merupakan alternatif utama dari analisis fundamental yang berusaha untuk menilai nilai sebenarnya dari instrumen keuangan. (Caginalp dan Balenovich, 2003). Pendekatan teknikal menggunakan harga masa lalu dan statistik masa lalu untuk membuat keputusan investasi. Pendukung analisis teknikal percaya bahwa data ini berisi informasi penting tentang pergerakan di masa depan dari pasar saham. Dalam praktek, semua perusahaan broker besar mempublikasikan komentar secara teknikal di pasar dan banyak dari jasa konsultasi didasarkan pada analisa teknikal. (Zhu dan Zhou, 2007).
Penelitian ini mengamsumsikan para investor di pasar modal bersifat rasional dan irrasional, sehingga aspek fundamental dan teknikal menjadi dasar penilaian utama. Hal ini karena penelitian-penelitian yang dilakukan semenjak tahun 1990-an menunjukkan bahwa teori’teori keuangan standard (Standard finance/traditional finance) tidak memberikan kontribusi yang berarti dalam menjelaskan pergerakan harga saham atau surat berharga lainnya. Seringkali ditemukan fenomena dalam pasar modal/pasar keuangan yang bertentangan dengan teori keuangan standard dan teori ekonomi konvensional. Teori keuangan standard tersebut sering dikaitkan dengan teori portofolio dan teori pasar efisien.
Beberapa contoh fenomena (anomaly) pasar modal tentang sejumlah ketidakkonsistenan yang bertentangan dengan teori keuangan standard, misalnya January effect, day of the week effects, returns over trading and non-trading periods, Stock return volatility dan internet phenomenon (termasuk kebuntuan pasar modal sebagai imbas dari kejatuhan saham-saham berbasis internet di akhir tahun 1990-an), kejatuhan pasar modal di tahun 1929 dan 1987. Hal yang paling baru adalah dampak dari krisis subprime mortgage di tahun 2007-2008. Pada tahun tersebut Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh dari 14,164.53 pada 9 Oktober 2007 ke 8,451.19 dan satu tahun kemudian pada tanggal 5 Maret 2009 menjadi 6,594.44, terjadi penurunan sebesar 53,44% (http://finance.yahoo.com).
Dilanjutkan pada tanggal 19 Oktober 2008, rekor 11,5 miliar saham yang diperdagangkan berbanding terbalik dengan rata-rata volume harian sekitar 5 miliar saham. Investor putus asa untuk keluar dari pasar yang menyebabkan panic selling dan pasar modal terjun bebas secara drastis. Teori keuangan tradisional mengatakan bahwa fenomena ini seharusnya tidak terjadi, akan tetapi tetap terjadi (Smith dan Harvey, 2011).
Hal tersebut terjadi karena hasil dari pecahnya gelembung pinjaman subprime pada tahun 2007 yang menyebabkan harga rumah menjadi hancur dan kegagalan Bear Stearns, Merrill Lynch, Washington Mutual, Lehman Brothers, Wachovia, dan berbagai bank komersial. Kejadian tersebut mengingatkan kegagalan bank pada saat Depresi Besar 1930-an di Amerika. Yang dan Lester (2008) menyatakan bahwa seluruh sistem telah menjadi tidak rasional, dipicu oleh dorongan emosi dan perilaku investor.
Menyadari ketidakmampuan traditional finance untuk menjelaskan anomaly dalam fenomena pasar uang dan pasar modal, maka sejak tahun 1990’an, para peneliti keuangan mulai mengkaitkan fenomena yang ada dengan aspek perilaku (behavioral finance). Hal ini terutama diinspirasi oleh meningkatnya peran perilaku sebagai salah satu penentu dalam menentukan keputusan investasi. Disisi lain, anomali nampaknya telah memicu model pendekatan ramalan harga saham yang lain, dengan demikian diharapkan dapat memberi penjelasan yang lebih baik atas munculnya anomali (fenomena) tersebut yaitu pendekatan yang diharapkan akan dapat memberikan penjelasan terhadap kemungkinan variabel lain yang masih tersembunyi (Ruhadi, 2009).
Menurut Lintner (1998) perilaku keuangan didefinisikan sebagai, bagaimana manusia menginterpretasikan informasi dan melakukan tindakan untuk membuat keputusan investasi yang tepat berdasarkan informasi tersebut. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa faktor fundamental mendasarkan pada premis bahwa harga saham memiliki nilai intrinsik yang diestimasi oleh investor, nilai ini adalah fungsi dari variabel-variabel fundamental. Pada sisi lain faktor teknikal mendasarkan pada premis bahwa harga saham dapat diestimasi pada informasi historis yang terkait dengan perilaku harga saham dan volume perdagangan masa lalu.
Faktor eksternal yang mempengaruhi harga saham disebut sebagai risiko pasar. Risiko pasar juga disebut sebagai fundamental makro dan bersifat uncontrollable karena tidak dapat dikendalikan perusahaan. Chen, et al. (1986) menyatakan bahwa penggunaan variabel makroekonomi secara umum akan mempengaruhi rata-rata harga pasar saham. Mereka menggunakan variabel makroekonomi masa lalu dan menemukan bahwa variabel makroekonomi secara sistematis mempengaruhi return pasar saham antara lain meliputi (i) selisih antara suku bunga jangka panjang dan jangka pendek, (ii) inflasi yang diharapkan dan inflasi yang tak terduga, (iii) hasil produksi industri, dan (iv) selisih antara obligasi kelas tinggi dan kelas rendah.
Faktor fundamental makro sangat banyak jenis dan ragamnya. David (2003) mengklasifikan faktor fundamental makro yang terdiri dari faktor-faktor: ekonomi; sosial, budaya, demografi dan lingkungan; kekuasaan politik, pemerintahan, dan hukum; teknologi, dan persaingan. Dalam penelitian ini faktor fundamental makro dibatasi hanya pada faktor makroekonomi dengan indikator inflasi, tingkat bunga, kurs dan petumbuhan ekonomi, karena faktor ekonomi merupakan faktor yang paling banyak mendapatkan perhatian dari para pelaku pasar modal. (Sudiyatno, 2010).
Selain faktor fundamental makro, dalam analisis pasar modal juga menggunakan analisis pada tingkatan perusahaan yang disebut sebagai faktor fundamental perusahaan (internal). Faktor ini bersifat dapat dikendalikan oleh perusahaan (controllable). Faktor internal yang dapat mempengaruhi harga saham yang biasa dipertimbangkan investor yaitu kinerja fundamental keuangan perusahaan untuk menghasilkan laba (pertumbuhan perusahaan). Kinerja fundamental keuangan perusahaan dalam penelitian ini diproksi dengan price earning ratio (rasio P/E). Reeve et al. (2012) mengemukakan bahwa price earning ratio merupakan indikator prospek masa depan perusahaan dalam memperoleh laba, rasio P/E dihitung dengan membagi harga pasar per saham dari saham biasa pada tanggal tertentu dengan pendapatan tahunan per saham. Berdasarkan pendapat diatas pengertian price earning ratio yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara harga saham per lembar saham biasa yang beredar dengan laba per lembar saham.
Suatu perusahaan yang memiliki nilai rasio P/E tinggi akan mengindikasikan bahwa saham berisiko rendah yang akan membuat investor tertarik dengan pengembalian yang rendah (risk aversion). Investor yang seperti ini menginvestasikan dananya pada saham dengan risiko rendah sehingga permintaan akan saham ini akan meningkat yang menyebabkan harga saham tersebut naik. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang lebih popular dipakai dikalangan analis saham dan praktisi. Dalam pendekatan rasio P/E atau disebut juga pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. Dengan kata lain, rasio P/E menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap laba perusahaan.
Faktor lain yang mempengaruhi pergerakan harga saham adalah faktor teknikal. Faktor teknikal atau analisa teknikal merupakan analisa yang mencakup upaya penarikan kesimpulan sehubungan dengan faktor-faktor fundamental yang telah menyebabkan pergerakan harga dan volume transaksi perdagangan saham (Sudiyatno, 2010). Asumsi yang mendasari analisis ini adalah ‘market discount everything’ yang berarti bahwa harga dan volume transaksi saham merupakan pernyataan semua faktor fundamental tersebut, yaitu faktor fundamental makroekonomi dan faktor fundamental perusahaan (Susanto dan Sabardi, 2002).
Semua pergerakan harga memiliki satu kesamaan, dimana pergerakan harga adalah merupakan refleksi dari tren para partisipasi pasar yang mempunyai harapan, ketakutan, pengetahuan, optimisme dan keserakahan. (Murphy, 2002). Dua faktor utama dalam pendekatan faktor teknikal adalah harga dan volume perdagangan. Faktor teknikal yang biasa dipergunakan oleh investor adalah harga dan volume perdagangan masa lalu. Analisis teknikal menitikberatkan pada upaya-upaya untuk memperkirakan suatu harga saham. Teori yang mendasarinya adalah bahwa analisis ini berdasarkan pada kenyataan bahwa informasi masuk secara perlahan-lahan kedalam harga saham, sehingga memungkinkan investor untuk memperoleh keuntungan yang lebih dari biasanya (excessive return) dengan mengamati tren pergerakan harga saham (Parisi dan Vasquez, 2000).
Pendekatan faktor fundamental dan teknikal keduannya merupakan pendekatan yang berbeda namun memiliki satu tujuan yaitu meramalkan harga saham, karena kedua pendekatan tersebut masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan sehingga ketika digunakan untuk meramal harga saham secara sendiri-sendiri maka tingkat kesalahan dalam peramalan masih tergolong tinggi. Beberapa metode analisis teknikal dapat digabungkan dengan analisis fundamental untuk memberikan informasi tambahan bagi investor (www.investopedia.com). Studi empiris yang dilakukan dengan memadukan atau mengkombinasikan antara analisis fundamental dan teknikal memang belum begitu banyak dilakukan, Bettman et al. (2009).
Hasil studi yang dilakukan oleh Bettman et al. (2009) menemukan bukti bahwa analisis fundamental dan teknikal keduanya bukan sebagai pengganti, namun kedua analisis merupakan pelengkap. Waworuntu dan Suryanto, (2010) melakukan studi dengan mengimplementasikan model penelitian yang dilakukan Bettman et al. (2009) di pasar modal Indonesia. Hasil temuan studi yang dilakukan juga menghasilkan kesimpulan yang sama dengan hasil dari Bettman et al. (2009). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa analisis fundamental dan teknikal keduanya dapat digabung dalam menganalisis pergerakan harga saham dimasa datang. Menggabungkan dua dari analisis ini akan membuat investor dapat mengetahui kondisi fundamental harga saham dan memprediksi arah pergerakan pasar berikutnya, yang dapat mempengaruhi keputusan investasi yang dilakukan oleh seorang investor/pemodal. Keputusan investasi tersebut dapat berupa membeli, menjual, wait and see yang tercermin pada jumlah permintaan dan penawaran saham (volume perdagangan) atau untuk menentukan waktu yang tepat saat masuk dan keluar pasar sehingga memberikan kesempatan bagi investor/pemodal untuk mengambil keuntungan dari investasi, terutama di pasar modal. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan analisis fundamental dan teknikal dalam memprediksi harga saham dimasa datang.
Strategi investasi pada saham menyediakan kerangka kerja dan kedisiplinan untuk mencari keputusan dalam melakukan tindakan beli dan jual. Strategi tersebut bisa dengan analisis fundamental atau analisis teknikal. Investor tidak harus selalu menggunakan salah satu strategi namun harus memiliki pengetahuan tentang masing-masing strategi dan mengembangkan suatu sistim yang dapat membimbing dalam berinvestasi saham.
Manajemen, investor dan kreditor selalu berharap bahwa perusahaan dapat selalu tumbuh dan berkembang. Perusahaan yang bertumbuh bagi para investor merupakan suatu prospek yang menguntungkan, karena investasi yang ditanam pada perusahaan yang bertumbuh diharapkan akan memberikan return yang tinggi. Perubahan kinerja perusahaan dapat mengakibatkan penurunan dan peningkatan harga saham yang berimbas pada imbal hasil yang akan diperoleh. Selain itu, perubahan-perubahan pada faktor fundamental makroekonomi juga dapat mengakibatkan volatilitas harga saham. Perubahan kedua faktor fundamental tersebut akan mempengaruhi keputusan investasi para pelaku pasar yang tercermin pada pergeseran jumlah permintaan dan penawaran saham dipasar modal yang pada akhirnya juga akan berimbas pada pergerakan harga saham serta imbal hasil yang akan diterima. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka keputusan investasi pelaku pasar merupakan variabel yang memediasi hubungan atau pengaruh faktor fundamental terhadap imbal hasil saham.
Penelitian yang dilakukan adalah untuk menguji pengaruh dari faktor fundamental perusahaan yang menekankan pada aspek kinerja perusahaan yang diproksi dengan rasio P/E dan faktor fundamental makroekonomi yang diproksi dengan inflasi, tingkat suku bunga, kurs dan pertumbuhan ekonomi serta faktor keputusan investasi para pelaku pasar yang diproksi dengan keputusan investasi berbasis momentum pertumbuhan. Konsep pengaruh antar variabel dalam penelitian ini adalah pengaruh berjenjang, dengan menempatkan faktor keputusan investasi berbasis momentum pertumbuhan sebagai variabel mediasi atau intervening.
Penting untuk memahami apa yang dipercayai dan mempertahankan metodologi yang konsisten. Dalam manajemen keuangan analisis fundamental dan analisis teknikal menyangkut analisis yang penting dalam pengambilan keputusan yang diambil oleh para investor, keputusan tersebut meliputi keputusan untuk membeli dan menjual saham. Suatu kombinasi yang optimal atas kedua analisis tersebut akan memaksimumkan return yang dihasilkan, dengan demikian kedua analisis tersebut saling melengkapi satu dengan yang lainnya. (Bettman et al. 2009; Waworuntu dan Suryanto, 2010).

About this essay:

If you use part of this page in your own work, you need to provide a citation, as follows:

Essay Sauce, Saham adalah alat investasi yang paling populer di pasar modal…. Available from:<https://www.essaysauce.com/finance-essays/essay-saham-adalah-alat-investasi-yang-paling-populer-di-pasar-modal/> [Accessed 12-02-25].

These Finance essays have been submitted to us by students in order to help you with your studies.

* This essay may have been previously published on EssaySauce.com and/or Essay.uk.com at an earlier date than indicated.